Gula Darah Tinggi Mengancam Jantung: Membedah Risiko Komplikasi Kardiovaskular Diabetes

Diabetes Melitus (DM) dikenal sebagai penyakit metabolik kronis, namun bahaya terbesarnya sering kali terletak pada komplikasi yang ditimbulkannya pada organ vital, terutama jantung dan pembuluh darah. Kondisi Gula Darah Tinggi yang tidak terkontrol secara persisten adalah pemicu utama kerusakan sistem kardiovaskular. Penderita diabetes memiliki risiko dua hingga empat kali lebih tinggi mengalami penyakit jantung dan stroke dibandingkan non-penderita. Komplikasi ini terjadi karena hiperglikemia (kadar gula tinggi) merusak lapisan dalam pembuluh darah (endotel), memicu peradangan, dan mempercepat proses aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah.

Proses kerusakan vaskular akibat Gula Darah Tinggi adalah mekanisme yang kompleks dan berlangsung lama. Kelebihan glukosa dalam darah bereaksi dengan protein, membentuk senyawa berbahaya yang disebut Advanced Glycation End products (AGEs). AGEs ini berkontribusi pada penebalan dan pengerasan dinding arteri, yang pada akhirnya menyempitkan lumen pembuluh darah koroner. Penyempitan ini, yang dikenal sebagai Penyakit Jantung Koroner (PJK), dapat menyebabkan angina (nyeri dada) atau bahkan serangan jantung mendadak. Di Pusat Kardiovaskular Rumah Sakit Sehat Sejahtera, tercatat bahwa per 31 Agustus 2025, dari total pasien rawat inap dengan serangan jantung, sebanyak 65% di antaranya memiliki riwayat diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar Gula Darah Tinggi rata-rata di atas 250 mg/dL.

Manajemen diabetes yang efektif harus menargetkan tidak hanya kontrol glukosa, tetapi juga faktor risiko kardiovaskular lainnya. Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan dislipidemia (gangguan kolesterol) seringkali menyertai diabetes, yang secara sinergis meningkatkan risiko komplikasi jantung. Dokter Spesialis Jantung, Dr. Karina Dewi, Sp.JP., dalam seminar edukasi publik pada tanggal 10 September 2025, menekankan bahwa pengontrolan Tekanan Darah (TD) ideal pada pasien diabetes harus di bawah 130/80 mmHg, jauh lebih ketat dibandingkan pasien tanpa diabetes. Edukasi ini disampaikan setiap hari Rabu di Aula Edukasi Pasien rumah sakit tersebut, dengan durasi sekitar 90 menit.

Komplikasi kardiovaskular akibat diabetes dapat dicegah melalui kepatuhan pengobatan dan perubahan gaya hidup. Selain obat antidiabetes, penggunaan obat penurun kolesterol (statin) dan obat penurun tekanan darah direkomendasikan secara agresif pada pasien berisiko tinggi. Perawat Edukator Diabetes, Sdr. Budi Raharjo, S.Kep., menekankan bahwa pemantauan glukosa darah harian dan kontrol HbA1c (rata-rata gula darah 3 bulan) harus dilakukan secara teratur. Ia mencatat bahwa pasien yang berhasil mempertahankan HbA1c di bawah 7% memiliki risiko komplikasi kardiovaskular yang menurun hingga 35% dalam studi kohort jangka panjang. Oleh karena itu, kesadaran dan disiplin adalah kunci untuk memutus rantai kerusakan yang dimulai dari Gula Darah Tinggi menuju ancaman fatal pada jantung.