Pencegahan penyakit menular bukan hanya tanggung jawab individu atau pemerintah semata, melainkan memerlukan peran aktif komunitas. Keterlibatan dan kesadaran kolektif dari seluruh elemen masyarakat adalah kunci sukses utama dalam memutus rantai penularan dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Tanpa partisipasi aktif dari setiap rumah tangga dan individu, upaya pencegahan skala besar mungkin tidak akan mencapai hasil yang optimal, sehingga penyakit menular bisa terus menyebar dan menjadi ancaman berkelanjutan.
Salah satu bentuk peran aktif komunitas adalah melalui gotong royong dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kegiatan bersih-bersih lingkungan secara rutin, seperti kerja bakti yang diadakan setiap hari Minggu pertama setiap bulan pada pukul 07.00 pagi, dapat membersihkan saluran air yang tersumbat, mengumpulkan sampah, dan mengeliminasi tempat perindukan nyamuk. Ini adalah kunci sukses untuk mencegah penyakit seperti Demam Berdarah Dengue (DBD). Selain itu, inisiatif warga untuk mengelola sampah rumah tangga secara mandiri, seperti pemilahan sampah organik dan anorganik, juga dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit yang disebabkan oleh tumpukan sampah. Petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup, yang biasanya berkeliling pada pukul 08.00 pagi, akan lebih mudah mengangkut sampah yang sudah terpilah.
Edukasi kesehatan berbasis komunitas juga sangat penting. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) atau Puskesmas setempat seringkali mengadakan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi, menjaga kebersihan, dan mengenali gejala penyakit menular. Kader kesehatan di tingkat Rukun Tetangga (RT) atau Rukun Warga (RW) memainkan peran krusial dalam menyebarkan informasi ini dari pintu ke pintu. Misalnya, pada tanggal 10 April 2025, Ibu Siti, seorang kader kesehatan di RT 03 RW 05, mengadakan kunjungan ke rumah-rumah untuk mengingatkan tentang jadwal imunisasi balita dan pentingnya mencuci tangan pakai sabun. Inisiatif semacam ini meningkatkan literasi kesehatan masyarakat dan memberdayakan mereka untuk mengambil langkah pencegahan penyakit secara mandiri.
Selain itu, komunitas juga dapat berperan aktif dalam memantau dan melaporkan kasus-kasus penyakit menular. Sistem pelaporan dini yang efektif, bahkan dari tingkat RT/RW ke Puskesmas, dapat membantu petugas kesehatan melakukan tindakan respons cepat, seperti penyelidikan epidemiologi atau tracing kontak. Kerjasama antara warga dan aparat desa/kelurahan, termasuk Babinkamtibmas dari Kepolisian Sektor setempat, dalam mengidentifikasi dan melaporkan potensi masalah kesehatan, menjadi kunci sukses dalam mengendalikan penyebaran penyakit secara dini. Misalnya, jika ada peningkatan kasus flu di suatu RT dalam satu minggu, Ketua RT dapat segera menghubungi Puskesmas untuk meminta penanganan lebih lanjut.
Pada akhirnya, peran aktif komunitas adalah tulang punggung dari setiap program pencegahan penyakit menular yang berkelanjutan. Ketika setiap anggota komunitas merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap kesehatan bersama, kunci sukses dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas penyakit menular akan semakin mudah dicapai. Ini adalah investasi kolektif untuk masa depan yang lebih sehat.
